Apa yang kamu rasakan ketika kamu udah bekerja sepenuh hati dan kerja keras, tapi ternyata kamu gak dibayar? Inilah kenyataan yang terjadi pada para guru honorer di Timika. Bayangin, guru loh ini! Yang udah berjasa mendidik kita, dengan gaji yang gak seberapa. Ternyata pendidikan masih jadi problem di Indonesia, walaupun kita udah merdeka selama 72 tahun.
Kisah guru honorer di Timika yang menangis menuntut haknya karena gak dibayar ini benar-benar merusak citra pendidikan di Indonesia. Akun Facebook Vensca Virginia Ginsel pun memposting kejadian pahit ini di halaman feed nya.
Nasib Guru Honorer di Timika; Harus meratap dgn tangisan di depan pejabat Dinas Pendidikan Dasar hanya utk menuntut hak pembayaran Insentif mereka.
Sy menangis lihat kejadian ini. Sungguh! Air mata sy tidak tertahankan. Pengorbanan guru2 honorer untuk mencerdaskan generasi bangsa di Kab. Mimika dibayar dgn sebuah kebijakan yg diskriminatif dan perilaku pejabat yg tidak simpatik.
Kabupaten Mimika membutuhkan ribuan guru. Tidak boleh dipungkiri. Sy tdk tahu berapa banyak tenaga guru honorer yg didata Dinas Pendidikan Dasar & Menengah Kab. Mimika. Dari sekian guru honorer itu, berapa banyak yg memiliki SK Pemda dan berapa banyak yg tdk miliki SK tersebut.
Permendikbud yg mengharuskan Guru Honorer memiliki SK Pemda seperti menjadi hantu di siang bolong bagi guru2 honorer di Timika. Bagaimana tidak, ratusan bahkan (mungkin) ribuan diantara mereka tdk memiliki SK. Peraturan ini kemudian diterapkan oleh Pemda Mimika melalui Dinas Pendidikan Dasar & Menengah tanpa ada sosialisasi dan memberikan kesempatan kepada guru2 honorer itu utk mengurus SK Pemda. Miris? Tentu saja! Guru2 honorer yg tdk memiliki SK Pemda sebagian dipecat, yg lain tdk mendapatkan hak mereka berupa pembayaran insentif.
Salah satu guru SD yg menghadap salah satu Kabid di dinas pendidikan Dasar ini contohnya. Guru yg merupakan masyarakat asli dr suku kamoro ini, harus mengeluarkan air matanya di depan pejabat dinas yg terlihat sedang memainkan HPnya, hanya untuk meminta haknya.
Negara punya Hutang utk para guru ini. Bukan hanya hutang belum membayar upah mereka, tapi hutang atas budi mereka mau berada di pelosok utk mencerdaskan bangsa.
Jangan pikir ini hanya hal sepele! Mudah2an Pak Kabid itu sedang menghubungi pejabat terkait utk membantu Bapa Guru ini dan guru2 honorer lainnya di Timika. Siapa tahu!
Emang, seorang guru honorer wajib memiliki SK dari pemerintah daerah. Tapi yang jadi masalah di sini sebenarnya adalah masalah sosialisasinya. Kalo tiba-tiba peraturan ini diterapkan oleh Pemda Mimika melalui Dinas Pendidikan Dasar & Menengah tanpa sosialisasi, siapa yang salah? Seharusnya perlu dilakukan sosialisasi menyeluruh terlebih dahulu. Kalo tiba-tiba aja ada peraturan dadakan kayak gini, gak heran dong kalo banyak guru honorer yang gak tahu dan gak ngurusin SKnya. Kalo mereka dapat sosialisasi dari pemerintah setempat, gua yakin, pasti mereka juga bakal ngurus kok demi mendapatkan hak mereka.
Mau sampai kapan masalah guru honorer ini berlarut-larut? Apa perlu sampai ganti Menteri Pendidikan ratusan kali? Miris banget bacanya, padahal gaji guru honorer kalo dibandingin dengan jasa-jasanya demi mencerdaskan kehidupan bangsa itu bener-bener gak sebanding, apalagi ini malah gak dibayar!
Semoga postingan ini bisa menggugah seluruh pemerhati pendidikan yang peduli untuk bisa memberikan solusi terbaik.
Sumber :
https://keepo.me/aritnowid/meratap-sambil-menangis-hanya-untuk-menuntut-hak-pembayaran-insentifnya-guru-di-timika-ini-diladeni-pejabat-terkait-sambil-hpan
No comments:
Post a Comment