Jadi mending di bawa pulang atau makan di tempat?
Kehadiran warung makan padang memang jadi fenomena tersendiri di masyarakat. Menu-menunya cukup eksklusif dan mewah. Tentu aja menu terbaik menggugah selera itu juga berbanding lurus sama harganya yang bikin kantong kempes. Tapi usut punya usut kamu pasti pernah beli makan di rumah makan padang dan dapet porsi nasi lebih banyak dibandingkan kalo makan di warungnya. Ada apa? Apa penjualnya salah takar?Ato kamu lagi beruntung aja? Ternyata ada alasan dan sejarahnya kok sob. Coba deh ditelusuri lebih lanjut.
1. Berawal dari Rumah Makan Ampera
via lovelybogor.com
Dulunya rumah makan Padang dinamai Ampera yang artinya Amanat Penderitaan Rakyat. Di jaman penjajahan Belanda rumah makan ini sering disinggahi oleh bangsa penjajah karena rakyat biasa nggak mampu makan di sini.
2. Membangun solidaritas rakyat kecil
via kaskus.co.id
Karena daging pada saat itu sangat mahal, jadi para pengusaha rumah makan Padang ingin berbagi dengan saudara pribumi agar bisa menyantap menu-menu di rumah makan mereka. Ini adalah bentuk solidaritas pengusaha rumah makan dengan sesama rakyat pribumi lainnya.
3. Semua orang bisa menikmati
via hipwee.com
Alhasil setiap ada warga pribumi yang membeli nasi dan lauknya, porsi nasi selalu ditambah menjadi lebih banyak dibandingkan makan di rumah makan. Alasannya biar keluarga yang di rumah juga ikut merasakan.
4. Tenaga yang banyak untuk mengusir penjajah
via goodnewsfromindonesia.id
Bandingkan dengan orang yang makan di rumah makan padang paling cuma satu dua orang dan orang di rumah nggak bakal kebagian. Tapi kalo dibawa pulang, anak-anak sampe tetangganya bisa ikutan makan. Semua orang punya tenaga untuk mengusir penajajah pada masa itu.
Itu dia sejarahnya kenapa kalo beli nasi padang pasti lebih banyak pas di bawa pulang daripada makan di warungnya. Jadi kamu mau dibungkus apa makan di warung aja?
Sumber : keepo.me
No comments:
Post a Comment