Baru-baru ini dunia media sosial Indonesia dihebohkan dengan posting beberapa video tercyduknya beberapa siswa sekolah yang melakukan tindakan penganiayaan secara fisik ke siswa lain.
Kasus-kasus seperti ini bukan yang pertama kali. Telah banyak video serupa yang diupload ke dunia maya.
Bullying telah menjadi masalah sejak lama. Saat ini, kasus bullyng sudah semakin mengkhawatirkan dengan begitu banyak korban baik yang koma hingga meninggal.
Menanggapi masalah ini, Kementerian Pendidikan Finlandia telah menemukan sebuah kurikulum yang mampu menekan angka bullying di sekolah. Seperti apa kurikulumnya?
Program ini disebut KiVa yang merupakan singkatan dari "Kiusaamista Vastaan" yang secara harfiah berarti melawan tindakan bullying.
Program KiVa ini dikembangkan oleh Universitas Turku di Finlandia dan didanai oleh Kementerian Pendidikan Finlandia. Program ini ditujukan kepada guru, siswa dan orangtua.
Karena orang dewasa tidak selalu hadir di sekitar anak ketika bullying terjadi, maka program KiVa mengajarkan kepada anak apa yang harus dilakukan saat bullying terjadi, kapan harus bertindak dan bagaimana. Mengajarkan juga kepada guru dan orangtua bagaimana harus bertindak.
Program ini terbagi menjadi dua, yakni aksi universal (Universal Actions) dan aksi nyata (Indicated Actions).
Aksi universal menanamkan nilai-nilai lewat pelajaran di sekolah seperti lewat video games, pelajaran di kelas, dan panduan untuk orang tua.
Aksi nyata mencakup arahan atas tindakan yang dilakukan saat bullying terjadi, diskusi terbuka dengan anak-anak korban bullying dan pelaku bullying, dan aksi lainnya.
Guru juga dikasih pelatihan mengenai KiVa sebelum memulai program ini. Guru harus mampu menganalisis kepribadian siswa dan memberikan materi sesuai dengan posisi murid.
Misalnya ketika seorang murid A memiliki kemungkinan besar untuk melakukan tindakan bullying, maka dia akan diberikan materi yang menempatkan dia pada posisi korban sehingga murid A bisa memahami kemungkinan yang terjadi jika dia melakukan apa yang terjadi.
Selain itu, materi pelajaran juga difokuskan kepada saksi. Kadang ada murid yang menyaksikan tindakan bullying namun tidak tahu harus melakukan apa. Di sini pemerintah menyediakan berbagai solusi, baik arahan atas tindakan langsung yang dapat dilakukan siswa terhadap pelaku bullying dan korban dan juga me-launching aplikasi yang dapat digunakan siswa untuk melapor tindakan bullying.
Lalu apa yang terjadi jika murid tetap melakukan tindakan bullying? Pertama: mereka akan diajak berdiskusi dengan tim KiVa. Setelah satu atau dua minggu, akan diadakan follow-up atau pengecekan apakah siswa masih melakukan tindakan bullying.
Jika iya, maka akan diberikan hukuman. Hukumannya berbeda-beda tergantung kebijakan sekolah. Namun biasanya siswa sudah tidak lagi melakukan bullying sejak tahap pertama: diskusi dengan tim KiVa.
KiVa telah diteliti selama 20 tahun, dan hasil yang ditunjukkan cukup memuaskan. Dikutip dari CNN.com, program ini menunjukkan hasil yang sangat yang memuaskan di mana tindakan bullying berkurang, bahkan mengurangi depresi yang dialami oleh korban bullying.
Dikutip juga dari Educationworld.com, program ini efektif dalam mengurangi tindakan bullying pada 9 bulan pertama sejak dimulainya program ini.
Wah, Indonesia bisa coba untuk niru nih. Mungkin tidak harus sama, tapi paling tidak diubah sesuai dengan budaya Indonesia.
Sumber : brilio.net
https://www.brilio.net/global/finlandia-kenalkan-cara-cegah-bullying-di-sekolah-bisa-dicontoh-nih-170822d.html
No comments:
Post a Comment