--> 7 Masalah yang akhirnya terpecahkan berkat adanya eksplorasi Bumi dari luar angkasa | KEEPO-ID

Monday, August 21, 2017

7 Masalah yang akhirnya terpecahkan berkat adanya eksplorasi Bumi dari luar angkasa

| Monday, August 21, 2017

7 Masalah yang akhirnya terpecahkan berkat adanya eksplorasi Bumi dari luar angkasa

Terdapat banyak masalah yang menjangkit Bumi kita ini. Berbagai penyelesaian masalah bahkan membutuhkan waktu bertahun-tahun untuk meneliti dan mendapatkan solusinya.

Namun ternyata ada beberapa masalah yang ternyata tak sesederhana untuk diteliti secara terus-menerus. Uniknya, ada sebuah tipe studi yang meneliti Bumi kita dari orbit. Meski hal ini terlihat tak akan banyak membantu, karena ilmuwan dan astronot kita hanya bisa melihat Bumi dari berkilometer jauhnya, namun di beberapa kasus, ini bekerja dengan baik.

Berikut beberapa contohnya.
1. Siapa yang 'menghabiskan' daya listrik


Anda mungkin lupa kalau dengan mudah satelit bisa memproduksi citra yang menggambarkan bagaimana kita masyarakat di Bumi menghasilkan listrik. Dari sini saja, terlihat dengan jelas, siapa-siapa saja yang biasa 'menghabiskan' listrik.

Uniknya, tak cuma sekedar gambaran besar saja yang dilacak oleh NASA untuk data ini. NASA juga ingin menganalisis apa yang mendorong bagaimana masyarakat menghabiskan listriknya, dan di momen apa. Satelit yang diluncurkan NASA di 2011 diluncurkan untuk keperluan ini. Kemampuan satelit ini luar biasa, antara lain bisa membuat citra yang sangat detil seperti lampu kecil dari kapal nelayan di laut.

Hasilnya, terlihat bahwa masyarakat mengonsumsi listrik dengan tingkat yang luar biasa ketika musim libur. Di musim libur, masyarakat akan cenderung begadang, serta keluar rumah lebih banyak dengan menyalakan lampu seharian. Hal ini akan berbeda di tiap negara, dan tentu di tiap beberapa bulan akan ada liburan di belahan dunia tertentu.

Hal ini juga memberi gambaran detil soal peningkatan penggunaan energi dan dampaknya seperti perubahan emisi karbon sepanjang tahun, dan meningkatnya fluktuasi kebutuhan energi.

2. Berapa tingkat keasinan laut?


Tingkat keasinan laut di berbagai penjuru lautan di Bumi tentu mustahil diukur manual. Namun dengan diluncurkannya satelit Aquarius oleh NASA, gambaran tingkat salinitas laut di berbagai perairan Bumi bisa didapatkan.

Aquarius berjarak 650 kilometer di atas permukaan laut, dan diprogram untuk mampu mengorbit mencakup seluruh perairan di Bumi selama tujuh hari.

Tak cuma kadar keasinan air laut di berbagai penjuru laut, satelit ini bisa digunakan untuk melacak arus air dan melihat seperti apa dampak pencairan gletser dan lapisan es di Bumi. Satelit ini juga bisa memetakan arus air tawar dan melihat bagaimana dua jenis campuran air.

3. Melacak beruang kutub


Meneliti beruang kutub yang kini adalah satwa yang dilindungi dan jumlahnya terancam punah, ternyata adalah hal yang sangat sulit. Bagaimana tidak, iklim Arktik yang sangat dingin tentu jadi tantangan serius bagi ilmuwan. Akhirnya, luar angkasa adalah jawabnya.

Dari satelit, para ilmuwan secara khusus mencoba menentukan jenis dampak hilangnya es Arktik terhadap satwa liar yang hidupnya bergantung pada lapisan es. Dalam hal ini, para ilmuwan dengan mudah bisa mengamati populasi beruang kutub dan ke mana mereka pergi.

Meski demikian, berbagai data asli ini tak selalu akurat, karena data visual di lapangan tentu akan lebih akurat.

4. Mengukur tarikan gravitasi


Tahukah Anda bila massa planet ini tidak konstan jika diukur pada titik yang berbeda. Hal ini berarti gravitasi juga berubah tergantung di mana Anda berada. Di kutub Bumi, hal ini akan sangat terasa, namun fluktuasi tarikan gravitasi juga terjadi di mana-mana.

Hal inilah yang ingin diketahui oleh ilmuwan, yang akhirnya meluncurkan satelit bernama GRACE. Para periset akhirnya dapat mengumpulkan gambaran akurat tentang seberapa banyak fenomena di Bumi yang mempengaruhi gravitasi. Akhirnya diketahui kalau lelehan es atau geseran gletser bahkan bisa mengubah gravitasi.

Dari satelit ini, juga bisa digambar sebuah peta dasar samudera yang lebih akurat, berdasarkan interaksi pegunungan bawah air dan tarikan gaya gravitasi.

5. Melacak flora dan fauna lewat pemetaan hutan secara 3D


NASA tak cuma peduli soal proyek luar angkasa seperti ekslorasi Mars atau ambisi meneliti Jupiter, namun NASA juga ingin meneliti Bumi kita. Terbukti dari salah satu programnya yang disebut Global Ecosystem Dynamics Investigation, atau GEDI. Diharapkan, satelit ini bisa membuat peta 3D dari hutan di Bumi.

Di satelit GEDI, akan ada serangkaian sensor optik dan laser yang akan di dipancarkan ke hutan, lalu dipantulkan lagi ke angkasa. Dari kegiatan ini, tak cuma peta 3D yang didapatkan, namun juga hal yang lebih detil seperti umur tiap pohon di hutan.

Nantinya, peta ini akan diterjemahkan ke dalam peta yang lebih detil lagi, tentang bagaimana perubahan iklim berdampak pada hutan di seluruh dunia, berapa banyak karbon yang disimpan oleh pohon, dan seberapa sehat hutan dalam hal keanekaragaman hayati dan habitat hewan.

6. Melacak tanah subur di muka Bumi


Lagi-lagi NASA-lah yang ingin meneliti tentang bagaimana keadaan Bumi dari luar angkasa. Kali ini, NASA menggunakan satelit untuk menjalankan misi bernama Soil Moisture Active Passive atau SMAP.

Dalam misi 3 tahun ini, satelit akan mengitari seluruh permukaan Bumi dari ketinggian dan melacak kelembapan tanah pada kedalaman 5 centimeter, yang tidak tertutup es atau air. Setiap area akan dipetakan tiap dua atau tiga hari, dan tiap jengkal di Bumi akan diketahui kondisi tanahnya. Hal ini akan dilakukan selama 3 tahun dan akan terlihat kesuburan tanah di Bumi.

Hal ini dilakukan demi efektivitas dalam bercocok tanam: memprediksi pola cuaca yang baik untuk mempengaruhi tanah, memprediksi waktu terbaik untuk menanam dan panen.

7. Peta


Di atas, tentu kita sudah banyak membicarakan tentang pemetaan mulai dari asinnya laut, gravitasi, tanah, hingga hutan. Sedikit banyak kita abai soal apapun peta yang kita bisa lihat sekarang adalah hasil citra satelit atau rekaan citra satelit tersebut.

Bahkan, tak cuma peta yang ada di Google saja yang merupakan jasa satelit. Seperti kerjasama NASA dan pemerintah Jepang, satelit yang diluncurkan atas misi bernama ASTER bahkan bisa memberi peta yang resolusinya sangat tinggi. Peta ini pada akhirnya sangat berguna di bidang arkeologi karena para arkeolog bisa lebih mudah mendapatkan tempat yang layak untuk diteliti.

Tak cuma arkeologi, ASTER juga berjasa dalam hal monitoring erupsi vulkanik di tiap tempat dengan bahaya letusan gunung, pencegahan kebakaran hutan, pencegahan erosi; abrasi; dan juga kenaikan air laut, serta pencegahan dan penindakan penggundulan hutan.









Sumber : merdeka.com

https://www.merdeka.com/teknologi/7-masalah-yang-akhirnya-terpecahkan-berkat-adanya-eksplorasi-bumi-dari-luar-angkasa.html

Related Posts

No comments:

Post a Comment