Generasi milenial sekarang mendapat akses hiburan lebih banyak daripada zaman dulu. Dulu, bila ingin mendengar lagu hits terbaru biasanya diputar di radio atau TV yang disukai. Banyak karya dari Idola cilik yang poluler di kancah hiburan anak-anak. Kamu pasti tidak asing dengan film Pertualangan Sherina, Saras 008, atau Panji Manusia Milenium.
Di industri musik pun, anak-anak mempunyai dunianya. Karena banyak lagu anak yang dihafal di luar kepala oleh anak-anak saking seringnya nongol di televisi atau terdengar lewat radio. Lagu seperti Ambilkan Bulan bu, Libur telah Tiba, atau Kuku-ku selalu menemani hari anak-anak Indonesia.
Hiburan yang dirancang khusus untuk anak-anak memang mempunyai kualitas tersendiri. Lagu anak-anak dulu lebih menjual ke arah kepolosan dan keluguan anak-anak. Libur Telah Tiba contohnya, lagu yang dinyanyikan oleh Shafa Tasya Kamila atau Tasya ini bercerita tentang keseruan liburan sekolah. Ada juga Trio Kwek-Kwek dengan Leony Vitria Hartanti, Dhea Ananda, dan Alfandy. Mereka menelurkan banyak album seperti Rame-Rame (1993), Katanya (1998, dan Bis sekolah (2001).
Film Pertualangan Sherina yang menceritakan serunya Sherina (Sherina Munaf), di kota Bandung Utara. Film ini menceritakan tentang Ayah Sherina (Mathias Muchus) yang pindah ke Bandung demi pekerjaan. Sherina juga ikut dan harus beradaptasi di lingkungan sekolah yang baru. Sherina mendapat teman dan musuh baru. Sherina bermusuhan dengan Ardiwilaga (Didi Petet) dan Sadam (Derby Romero). Tapi akhirnya, Sherina dan Ardiwilaga menjadi sahabat saat Sherinya berkunjung ke rumah Ardiwilaga. Mereka mulai bersahabat setelah diculik oleh Pak Raden (Butet Kertaradjasa) dan suruhan Kertarejasa (Djaduk Ferianto)yang ingin menguasai tanah pertanian Ardiwilaga.
Lalu bagaimana dengan anak-anak sekarang? Anak-anak generasi kini punya dunia yang agak berbeda. Mereka hidup di era internet yang tidak ada lagi beda antara dunia anak dengan dunia orang dewasa. Semua bebas dikonsumsi anak.
Di televisi pun acara anak makin tergeser. Bahkan, acara kartun yang seharusnya untuk anak ternyata terselubung konten-konten dewasa yang membuat Komisi Penyiaran Indonesia (KPI) beberapa kali memperingatkan.
Dikutip dari laman KPI, tayangan Shaun The Sheep ditegur karena menampilkan adegan ciuman antara pria dan wanita. Sinetron Anak Langit juga sempat ditegur oleh KPI (7/3) karena menampilkan kekerasan dan balapan motor pada jam anak menonton atau jam 7 malam.
Anak-anak kehilangan identitas anak seiring minimnya acara anak di televisi. Sedang artis cilik mengikuti tren orang dewasa. Lihat saja tren artis cilik awal dekade tahun 2010 yang membentuk group vokal seperti boyband atau girlband. Coboy Junior sempat populer di Indonesia. Boyband ini beranggotakan 3 orang Alvaro Maldini Siregar (Aldi), Iqbaal Dhiafakhri Ramadhan (Igbaal), dan Teuku Rizky Muhammad (Rizky). Boyband ini juga memainkan sinetron bertema cinta berjudul Hanya Kamu.
Ketua (KPI) Yuliandre Darwis sebagaimana dikutip brilio.net dari laman resmi KPI mengatakan bahwa siaran televisi ikut menentukan perkembangan kualitas hidup anak Indonesia melalui kontennya. "Karena itu sudah seharusnya program siaran televisi menjadi tontonan yang menuntun anak-anak dan remaja ke arah yang positif," tegas Yuliandre.
Artis, idola cilik, dan tayangan hiburan khusus anak harus mendapat perhatian serius. Kini anak-anak tak memiliki idola cilik. Anak-anak kini mengidolakan artis dewasa dengan polah tingkah mereka. Padahal, idola anak mempengaruhi tumbuh kembang anak. Tidak cuma KPI dan lembaga penyiaran yang mempunyai kewajiban melakukan pengawasan. Kita semua sebagai generasi milenial harus pandai melihat mana tayangan yang cocok untuk anak-anak. Anak zaman sekarang harus bisa mendapat masa kecil bahagia!
Sumber : brilio.net
https://www.brilio.net/serius/minim-acara-anak-di-televisi-siapa-idola-cilik-kini-1708238.html
No comments:
Post a Comment